Sunday, April 24, 2011

gombal

rona wajah selalu berseri
senyum dengan titik di tepi
tersipu malu tanpa henti
barisan gigi berderet rapi

namun ada sesuatu yang tersirat
mungkin itulah hati nan terjerat
enyahlah segala derita dan risau
dunia menunggu warnamu selalu

penantian ini menjadi berarti
ketika kau berada selalu di sisi
hari ini penuh warna-warni
saat kau berbahagia hati

kaulah senja, bagian dari semesta
ku menunggumu kembali merona

(ras/25042011)

Thursday, April 21, 2011

dua jiwa

benderang cahaya bulan
dua jiwa menghampar di rumputan
berselimutkan langit kelam
bersatu padu dibelai sang malam

wahai cinta yang terpendam
wahai gejolak yang tertanam
aku liar bagaikan wajah jahiliyah
aku rapuh selaik timbunan tanah

ketika kumemandangnya
langit kan murka
saat kumemeluknya
dunia kan menyapa amarah

kini kuhanya bisa mendekapnya
dengan tatapan nelangsa
aku pun mengecup keningnya
dengan senyuman hampa

siapa engkau, siapa aku
hanyalah sepasang raga sendu
hati yang selalu merindu
meski jiwa telah menyatu

hanya jerit kerinduan tersisa
bersemayam di peraduan naluri

(ras/21042011)

Tuesday, April 12, 2011

smaradhana (asmara membara)

alkisah, dewa smara atau batara kamajaya tengah bercumbu dengan sang kekasih, ratih, di taman sari. dia merayu istrinya agar diperkenankan pergi menjalankan tugas yang diberikan batara guru. dewa smara diutus batara guru ke gunung mahameru untuk membangunkan dewa siwa yang tengah bertapa.

misi itu harus diemban smara. sebab di kahyangan tengah pecah prahara yang dibuat raksasa sakti bernama nilarudraka. para dewa tak ada yang sanggup. karena itu, dengan perantaraan dewa indra, dia mengutus dewa smara. walau berat hati, akhirnya dewi melepaskan kepergian sang suami, dewa smara.

hatta, sampailah sang smara di pertapaan dewa siwa. dia mencoba membangunkannya. namun, sang siwa tetap teguh dalam tapanya. kemudian, dicobanya membangunkan sang siwa dengan anak panah. anehnya, anak panah malah berubah menjadi rangkaian bunga. akhirnya, sang smara pun melesakkan panah tersakti.

dengan terjangan anak panah sakti tersebut, sang siwa kontan kaget dan terjaga. dewa bermata tiga itu murka. secara tidak sadar, sang siwa bertriwikrama. dari mata ketiganya, menyorotlah sinar yang langsung membakar sang smara. dan dewa cinta pun tewas, perlaya dalam bara.

di kala siwa reda amarahnya, barulah dia menyadari apa yang telah terjadi. dia telah menutup usia dewa yang senyumnya menawan dan paling rupawan. siwa menangis dan ingin menghidupkan sang smara kembali. tapi apa daya, raga sang putra telah menjadi abu. dengan air mata berlinang, dia mengumpulkan abu tersebut.

tak lama berselang, datanglah rombongan para dewa yang menyusul dewa smara atas titah batara guru. siwa berujar di hadapan mereka. "meski smara sudah tak mempunya raga, dia akan tetap hidup. hidup dalam raga mahluk dunia," kata sang siwa. maka, disebarkanya abu dewa smara ke marcapada, dunia.

dewa cinta perlina, terangkum dalam pelukan ajal. tapi konon, dia merasuk ke setiap sukma. pada setiap senyuman, kicau burung atau jejaka yang tengah mabuk asmara. dewa smara hidup abadi, hingga kini. arkian dari cerita inilah datang filsafat: cinta itu walau tidak terlihat, namun tetap ada.

tulisan ini disadur dari booklet guruh gipsy: kesepakatan dalam kepekatan. dari kisah inilah, tercipta lagu smaradhana. lagu bernuansa magis, melayang dan mengawang seraya menyiratkan nuansa cinta yang sakral.

ratih dewi
citra khayalku prana
dalam hidupku
yang haus asmara
nikmatnya bercinta

andika dewa
sirna duli sang smara
merasuk sukma
menyita heningnya cipta
resah ku jadinya

prahara nestapa seakan tak kuasa
membendung asmara insan sedang bercinta
gelora asmara di samudra cita
melenakan daku dibuai cinta

lagu/syair: guruh sukarno putra
saduran: trisutji dan guruh
jakarta, 1972

(ras/12042011)

Tuesday, April 5, 2011

sahabat

wahai bahtera nan suci
kau bawa sahabatku pergi
jagalah selalu dia di sisi
jauhkan dia dari sakit hati

remang malam kuarungi
cahaya pagi kulewati
meski aku sendiri, menyepi
tiada sahabat di sisi

untuk sahabat yang datang dan pergi
semoga bunga hidupmu mekar bersemi

(ras/06042011)

kutipan

dengan puisi, aku bernyanyi
hingga senja umurku nanti
dengan puisi, aku mengutuk
nafas zaman yang busuk

(bimbo)

Sunday, April 3, 2011

o, eurydice

hidup ini indah, nona
senyumlah tanpa kepalsuan
cakrawala menanti hadirmu
turunlah dari peraduan

pandanglah langit cerah
bentangkan tanganmu
basuhlah wajah manismu
biarlah dunia menyapamu

kau, intan nan kokoh
mustahil bisa memecahmu
kau, wangi tanpa pudar
selalu bersemi setiap hari

inspirasiku, duniaku
aku sayang kepadamu, selalu

kata yang termaktub kini
puisi orpheus untuk eurydice

(ras/03042011)

imaji

secita disita angkara angan
alun angsana dibuai angin senja
sesaat tidur tenteram

tercurah gemawan alam
menjauhkan sungkan kata
o, juwita

(mahajana)

"kau meruntuhkan imajiku," pintaku kepada danau
aku terngiang kisah yang menguak tabir senja
sampai kini, dunia manusia pun tak kuasa
berharap, bercerita, dan bercermin pada surga

lamat-lamat, dongeng malam tiba menguak angkasa
penawar rindu musnah sudah, membiru bagai kalbu
malaikat, o, malaikat nan pencipta wangi bunga
aku bersanding saat waktu tiba di penghujung kata

bergumam, lalu berdiri di tepi jurang tak berdasar
mencari asa meski betari asmara terbang ke indraloka
aku meniupkan rasa, seketika cahaya berbinar
langit jingga bergejolak, awan bergumul mesra

(ras/03042011)