benderang cahaya bulan
dua jiwa menghampar di rumputan
berselimutkan langit kelam
bersatu padu dibelai sang malam
wahai cinta yang terpendam
wahai gejolak yang tertanam
aku liar bagaikan wajah jahiliyah
aku rapuh selaik timbunan tanah
ketika kumemandangnya
langit kan murka
saat kumemeluknya
dunia kan menyapa amarah
kini kuhanya bisa mendekapnya
dengan tatapan nelangsa
aku pun mengecup keningnya
dengan senyuman hampa
siapa engkau, siapa aku
hanyalah sepasang raga sendu
hati yang selalu merindu
meski jiwa telah menyatu
hanya jerit kerinduan tersisa
bersemayam di peraduan naluri
(ras/21042011)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment