Thursday, October 13, 2011

Ketika Sangkar Tua Kupijak

Tercium hawa kerinduan. Kala, kupijakkan kaki di tempat ini. Tempat berisi ribuan kenangan masa silam. Pahit dan getir, namun tersirat kebahagiaan nan tersembunyi dan mengendap selalu. Wanginya tetap sama, meski telah kutinggalkan.

Rona merah para punggawa di sana. Berjibaku dengan tekanan yang begitu tinggi. Terkadang, terlontar kegundahan dan keresahan. Sebuah ekspresi dari kepenatan yang terus menerus mendera batin.

Izinkan aku untuk menjejakkan kaki di sini, wahai teman. Aku hanya mampir, seraya menanti kepenatan ini sirna ditelan waktu. Ya, waktu adalah tempatku bertumpu. Bukan aku meniadakan-Nya, toh waktu adalah ciptaan Tuhan.

Duduk di tempat ku bekerja. Menghadapi layar yang senantiasa menyala, menemani para elang penghuninya. Suara irama tuts yang menuai kerinduan. Canda tawa yang dulu sempat kudengar tanpa henti, kini masih seperti kisah silam.

Tidak ada tempat senyaman ini. Rumah kedua yang sempat kudiami. Kini kutinggalkan demi cita dalam diri. Perangaiku pun tak berubah, kendati wajah mengerut dan waktu menerkam usiaku, hingga kini.

“Terpaku di depan layar, seraya mendengarkan Antonio Carlos Jobim menyenandungkan lagu cinta,”

(ras/13102011)

Tuesday, October 11, 2011

Penabuh Taiko dari Pesisir Pantai

“Nama saya Syarifuddin. Panggil saja saya Udin,” tukas Udin, si anak nelayan Kali Baru, Cilincing. Badannya kurus, dibalut kulit berwarna hitam legam. Siang itu, dia memakai baju lusuh berwarna biru tua, dan celana panjang seragam SMA.

Kutemui dia beberapa hari silam. Saat itu, aku tengah menemani rombongan storyteller dari sebuah sekolah terkemuka di bilangan Jakarta Selatan. Mereka menyambangi perkampungan nelayan di Kali Baru dan membacakan cerita kepada anak-anak di sana.

Terletak di pesisir pantai, perkampungan itu terbilang kumuh. Bau amis menyelimuti seantero kampung. Maklum, perkampungan itu menjadi rumah bagi para pencari ikan dan pengupas kerang. Tampak, kulit kerang hijau bertebaran di mana-mana.

Jeprat-jepret. Suara kameraku terdengar lirih, tenggelam dalam suara deburan ombak dan canda tawa bocah nelayan. Suara itu tampaknya menuai perhatian mereka. Terlebih saat kumenggunakan blitz, sepasang mata mereka pasti tertuju ke arah lensa.

Di tengah momen tersebut, aku temukan Udin. Dia menemaniku menjelajahi kampung. Aku pasti tersesat jika tidak ada yang memandu. Sebab, perkampungan itu bagaikan labiri, gampang masuk tapi susah untuk mencari jalan keluar.

“Kelas berapa lo Din?” tanyaku

“Saya baru kelas 1 SMA bang. Tapi, saya aktif di organisasi bang. Saya juga suka sama taiko. Itu lho, alat yang kayak bedug, tapi dari Jepang,” jawab Udin, dengan logat Jawa kental.

Memang, Udin aktif di organisasi. Bukan hanya di sekolah, tapi juga di luar sekolah. Meski masih bocah, dia terdaftar sebagai relawan di HOPE Worldwide Indonesia, sebuah LSM yang bergerak di bidang pendidikan anak-anak kurang mampu.

“Wiih, lo suka taiko? Jarang-jarang ada orang yang suka Taiko,” ujarku, penasaran.

“Justru karena itu bang, saya suka. Makin jarang yang suka, makin gemar saya sama hal tersebut. Lagipula, sepertinya belum ada anak nelayan yang bisa menggebuk gendang Taiko. Kayaknya, Cuma saya doang ya bang,” tandas Udin, sambil terbahak-bahak.

Dibalik tawa Udin, tersimpan luka yang cukup menganga. Belum lama ini, bagang atau lahan tempat ayahnya mencari ikan digusur oleh pemerintah. Apa sebabnya? Udin pun tak tahu. Yang dia tahu, kini bapaknya dirundung kesulitan cukup tajam.

Darimana aku tahu? Udin yang menceritakannya, ketika dia mengantarkanku menjelajahi kampung. Paham betul anak itu dengan lika liku perumahan di sana. Tidak ada satu jalan pun yang dia tak tahu. Bahkan, hampir semua penduduk mengenal Udin.

“Bapak nelayan. Yah, berapa sih penghasilan nelayan? Tapi bagaimanapun juga saya mau kuliah. Dan saya enggak mau minder, hanya karena saya anak nelayan. Untungnya, perekonomian keluarga dibantu kakak yang sudah bekerja,” terang Udin.

Angin menerpa di pesisir pantai. Kekumuhan dan kemiskinan meraja lela. Nun jauh di sana, terparkir kapal raksasa berisi puluhan kontainer. Kapal tersebut tengah bersandar di bibir dermaga, tak bergerak meski ombak berdebur mengamuk.

Aku melihat sekelompok muda-mudi tengah duduk di bibir pantai. Mereka menikmati terpaan angin yang menurutku sangatlah kencang. Hebat mereka, tak gentar jikalau angin merasuki tubuh (masuk angin). Mereka tetap tegap, tak seperti nyiur yang melambai.

Waktu menunjukkan pukul 15.00 WIB. Saatnya, rombongan storyteller kembali ke peraduan. Bus, yang terparkir di krematorium, menunggu kedatangan rombongan. Ini menjadi akhir perjumpaanku dengan Udin, bocah nelayan penyuka Taiko.

Sebelum pulang, aku sempat bercengkerama dengan petugas satpam penjaga krematorium. Banyak informasi yang kudapat mengenai kehidupan nelayan di Kali Baru, terutama anak-anak mereka. Beragam cerita dari mereka pun kuserap dengan seksama.

“Jangan mikirin pendidikan, mikirin kehidupan pun mereka tidak sempat. Dan kebanyakan anak-anak di sini minder, karena predikat mereka sebagai anak nelayan. Palingan kalau ada yang semangat, bisa dihitung dengan jari,” tandas Pak Satpam.

Apa yang terbersit di benakku? Udin ternyata merupakan satu dari segelintir anak tersebut. Secuil kehidupan yang tidak merasa jatuh, meski predikat anak nelayan tersemat di seluruh raganya. Udin tetap semangat, meski laut menjadi ladangnya mencari ilmu.

(ras/11102011)

Thursday, October 6, 2011

jauh

hari ini, setahun lalu
siapa aku? siapa kamu?
kini, jiwa lepas menjauh
tanggalkan jubah rindu

(ras/07102011)

Wednesday, September 28, 2011

bosan

lagu jurang pemisah dari yockie suryoprayogo mengalun lantang. suara sang vokalis, chrisye, terdengar emosi, namun tetap halus. ya, khasnya dia. aku menerawang, jauh menuju tanah yang tak bertuan. wajah renta menghiasi sudut jalan. mereka bergumul dengan kerasnya hidup. meski sang hidup tak menaruh simpati.

ruang ini sepi. senyap, tanpa suara. hanya musik dari telinga yang menyenandungkan kisah-kisah hidup. aku melihat persona yang mati arah, tanpa daya mereka tak kunjung bertemu hasrat. mereka bagaikan robot yang terpaku di depan layar, terbelenggu oleh bengisnya rutinitas dan rantai monoton.

aku tak ingin menjadi mereka. aku biarkan imajinasi meliar, tanpa arah. biarlah imaji berlari, menari dan berjalan. tak peduli, aku ingin terus berkreasi. enggan kuterimpit dalam jurang kehampaan. tanpa suara kuberbicara, tapi tak seorangpun yang kan peduli. karena, aku sendiri, dalam hidup nan sunyi. aku bak mendiami jurang pemisah.

lalu, apa yang harus kuperbuat? menulis adalah solusinya. dengan kata, aku menggugat hidup. dengan kalimat, aku mencium wangi keindahan surga tanpa nestapa. jika tidak bisa menulis, kiranya tuhan membuatku menjadi pengelana astral. tak mengapa ragaku diam, namun kuingin jiwaku terus melayang, mencicipi anggur kehidupan.

lampu terang pun, seolah remang. karena murung meninggalkan jejak di raga mereka. karena kelu mendiami bibir mereka. tak ada suara musik, hanya hening dan angin yang terjebak dalam sekat-sekat. cahaya matahari pun tak lama mampir. sebab, hanya duka dan muram yang dia temukan di sana. sia-sia sang surya benderang.

siapalah aku? hanya setitik debu yang berusaha mencari lautan. agar aku kokoh dan padat saat tersiram air. tak peduli, siapa yang nanti akan menghancurkanku. setidaknya, aku pernah merasakan menjadi sebuah karang yang tangguh, tak roboh meski gelombang dahsyat menghempas dan membawa duka.

(ras/29092011)

Tuesday, September 27, 2011

Prajnaparamita | Sebuah Prolog

Banyak hal yang dilalui setiap insan di dunia, baik ataupun buruk. Hal tersebut muncul ke permukaan dalam bentuk pengalaman. Ya, seperti banyak orang berkata, pengalaman adalah guru paling baik. Entah siapa yang memulai wejangan itu. Namun, kata-kata itu bak telah mendarah-daging di dalam raga insan yang dibelai mesra angin kesepian dan kesunyian malam.

Ragam hikmah dipetik, bagai seorang petani menuai padi yang menguning. Hal yang ditanam sejak benih, lalu menguning. Sempat pula dedaunan ditiup bayu, hingga lunglai. Hanya kesendirian yang membuatnya bertahan, kendati diterpa badai. Apa yang didapat? Hanya sisa-sisa perjuangan, buah dari kesabaran dan nestapa. Satu, mereka melarungkan bahtera berisi cita-cita.

Ketika pengalaman terus mendera, setiap kejadian berlalu, aku berusaha tetap berdiri tegak. Tiada goyah kendati layar diterjang badai gelombang, dan kuterbaring lunglai. Terombang-ambing memang, tapi itulah esensi dari kehidupan. Masalah membuat manusia menjadi manusia. Harapan memicu cita-cita manusia hingga gemilang ketika mencapai tujuan.

Ini adalah ceritaku. Aku dan pengalamanku. Aku dan cintaku yang mengingatkanku tentang arti hidup. Cinta yang terombang-ambing dalam ombak nestapa. Kini, cinta itu menghilang dari dirinya, hanya tersisa kenangan dan nostalgia semata. Kini, hunian di hati pun telah meninggalkan ruang kosong, sirna. Ruang yang dulu sempat tertata, saat ini hancur berkeping-keping.

Puisi membuatku kian merasa sunyi. Lagu sendu hanya memantik kerinduan yang mendalam. Aku dalam dekapan sang Smara, dan sekarang sang dewa cinta telah kembali ke peraduan di taman indraloka. Letih atas apa yang aku alami, mencoba untuk kembali merangkai kata yang telah buyar oleh suara bising. Sang dewa asmara kini lelap dalam alunan cinta Dewi Ratih.

Sejak itu, hati ini selalu bersuara. Tapi ketika hendak melontarkan kata, sang logika membantah. Ya, terkadang cinta membuat hati dan logika selalu berperang. Keduanya menabuh gendering perselisihan, tak gentar meski pendapat selalu terlontar. Apapun itu, aku masih gamang. Inikah cinta? Atau hanyalah sekadar rencana Tuhan untuk membuatku mengerti arti hidup?

Hingga saat inipun, warna hidupku masih didominasi jingga. Jingganya sebuah senja, ketika mentari hendak lelap dan malam menjelang dating. Senja ketika wangi bunga surgawi menyeruak di seantero buana. Senja saat para manusia berkumpul melepas lelah, dan merajut asa. Hari ini, beberapa waktu silam, di taman itu, aku dan kamu menatap senja.

Kisah ini kutujukan untuk satu nama yang terus memberikan asa bagiku untuk menulis, menulis dan menulis. Aku merajut benang dari kisahku dan dirinya dalam satu cerita. Mungkin tak akan dikenang, namun cukup bagiku melekatinya di dalam sanubari. Kisah yang kusimpan rapi serta indah di dalam sebuah peti berwarna emas, gilang gemilang, namun muram.

(ras/28092011)

Sunday, September 18, 2011

untukmu, sang waktu

waktu merenggut semua yang kudapat. perlahan tapi pasti, bayangan semesta pun memudar. hilang, aku bagaikan embun yang lepas dari dedaunan. ketika angin menyibak rasa, aku pun terhempas ke dalam belanga rasa. tak kuasa kubergerak. lihai yang tersendat, kini aku tinggallah separuh jiwa.

marak, setiap rasa menerjang hati. bercumbu dengan angin, aku hanya berkata "wahai bayu, berembuslah. usah kau risaukan lara yang memuncak. udara kendara dalam bayangmu. hutan suci menanti rengkuhanmu. waktu terus bergulir, meski kau menyibak kelu. embuskanlah bayu. biarlah dunia berangin lalu".

serupa dalam merajut cita, aku menempuh waktu yang terus melaju. ku kejar bagai bayangan hitam lari dari buaian fajar. aku merindukan fajar, seperti aku menaruh asa kepada senja. letih sirna, ketika senja berucap jingga. wangi bunga, dan pohon yang bergoyang, mengucapkan kata salam kepada setiap insan.

dimanakah bunga yang bermekaran? aku hanya melihat padang tandus, dengan beberapa utas ilalang. pasir yang terbawa angin, melilipkan mata dunia. dari kejauhan, kumandang fatamorgana, air yang berkubang namun hanyalah semu. aku tidak melihat kehidupan, dunia kini membelakangiku.

o, pencipta langit biru dan anjangsana rindu, selamatkanlah diriku dari belenggu rasa. biarlah sang waktu bicara. aku perlu jawaban. segera bukanlah nanti.

(ras/19092011)

Sunday, September 11, 2011

Immortals, Kisah Kepahlawanan Theseus

Ribuan tahun silam setelah para dewa Olympus, yang dipimpin oleh raja para dewa Zeus, memenangkan pertarungan sengit melawan Titans (penguasa bumi sebelum dewa Olympus), suatu kejahatan baru kembali mengancam. Alkisah, Raja Hyperion yang gila kekuasaan, kini telah menyatakan perang terhadap kemanusiaan.

Raja lalim tersebut mengumpulkan tentara haus darah. Hyperion dan pasukannya pun datang membumihanguskan Yunani demi mencari sebuah senjata legendaris dengan kekuatan dahsyat bernama busur Epirus. Busur tersebut ditempa oleh dewa perang Ares di langit Gunung Olympus. Siapapun yang memiliki busur ini bisa melepaskan para Titans, yang telah dipenjara oleh dewa jauh di balik dinding Gunung Tartaros.

Di tangan Raja Hyperion, busur ini bisa menimbulkan kehancuran bagi umat manusia dan para dewa. Kendati demikian, hukum kuno menjelaskan bahwa dewa tidak memiliki kuasa untuk ikut andil dalam konflik manusia. Alhasil, para dewa Olympus pun tetap tidak berdaya untuk menghentikan sepak terjang Raja Hyperion.

Seorang petani bernama Theseus, yang merupakan anak dewa laut Poseidon, datang sebagai satu-satunya harapan umat manusia. Secara diam-diam, Theseus dipilih oleh Zeus untuk menyelamatkan manusia dari Raja Hyperion dan bala tentaranya. Theseus bersama teman-temannya, pendeta bernama Phaedra dan seorang pencuri bernama Stavros bahu-membahu memerangi Raja Hyperion.

Film Immortals ini diangkat dari kisah heroik Theseus, seorang pahlawan di era mitologi Yunani dan peperangan antara dewa Olympus melawan Titans yang disebut Titanomachy.

(ras/12092011)

Menjadi Desainer Dambaan Industri

Di era yang sarat kreativitas dan inovasi, seorang desainer bisa diibaratkan sebagai agen perubahan. Maklum, suatu perubahan tercipta dari ide kreatif seorang desainer. Lebih dari itu, bahkan kreasi serta inovasi dari seorang desainer acap kali dipandang sebagai modal dan wujud eksistensi suatu perusahaan, terutama yang bergerak di bidang creative industry atau industri kreatif.

Agar bisa terjun ke dunia industri, desainer tentunya harus dipersiapkan secara matang. Serangkaian pembekalan pun dilakukan oleh perguruan tinggi. Salah satunya oleh BINUS INTERNATIONAL. “Untuk mempersiapkan anak didik terjun ke industri, kita banyak memberikan real project,” ujar Dra. Vera Jenny Basiroen, MFA, Head of School of Art and Design BINUS INTERNATIONAL.

Real Project

Apa itu real project? Dalam real project ini, mahasiswa diberikan tugas atas permintaan klien dari suatu instansi atau perusahaan. Nantinya, klien dari luar itulah yang menilai mereka.

“Contohnya ketika pengajar kita membawa klien dari perusahaan cokelat. Mahasiswa diminta mendesainnya. Cokelat ini berlapis emas. Nah, jika menang, mahasiswa diberikan reward dari perusahaan sebagai bentuk apresiasi. Desain mahasiswa itupun digunakan,” ujar wanita yang karib disapa Jane itu saat ditemui di Kampus Joseph Wibowo Center, Jakarta Pusat, Jumat (9/9).

Menurut Jane, apresiasi seperti itu sangat diperlukan, dan menjadi bagian dari strategi pembekalan dari universitas. Dengan begitu, mahasiswa antusias membuat tugas. Tak hanya itu, real project juga memacu mahasiswa untuk belajar dalam hal mendesain, sebelum terjun ke dunia industri.

Magang

Magang atau internship bisa menjadi suatu jalan untuk merambah dunia industri. Diibaratkan, proses magang sebagai kawah candradimuka bagi seorang calon desainer untuk lebih mengenal perusahaan dan dunia industri.

“Sejauh ini, kebanyakan dari yang magang langsung dipekerjakan oleh perusahaan itu. Bahkan, sebelum internship pun sudah ada banyak tawaran. Sebut saja, Leo Burnett Advertising Agency, perusahaan advertising internasional. Perusahaan itu bekerja sama dengan BINUS dan memfasilitasi mahasiswa yang ingin magang di sana. Ada pula yang langsung diminta bekerja,” pungkas Jane.

Kendati demikian, kata Jane, mahasiswa BINUS memiliki kualitas yang baik di mata sejumlah industri. Hal ini lantaran pengajarnya yang notabene adalah pakar dan pelaku di dunia desain. “Jadi tidak kaget juga, industri tahu kualitas anak-anak kita,” ungkap Jane.

Apa yang dibutuhkan industri?

Untuk terjun ke dunia industri kreatif, seorang desainer harus memiliki kriteria dan kualifikasi. Ini pula yang menentukan bargaining position seorang desainer di mata perusahaan. Salah satunya adalah kreatif. “Seorang desainer tentunya harus kreatif dan inovatif. Karena itulah, terus melakukan riset dan do sketches (sketsa) untuk mencari ide-ide terbaru,” tutur Jane.

Selain itu, industri juga memerlukan desainer yang tidak terlalu idealis. Sebab, desainer yang terlampau idealis enggan mengikuti kemauan industri serta tren pasar. “Jangan terlalu idealis. Harus ada kompromi, dan idealnya tidak boleh dibawa terus. Boleh ideal, asalkan tidak mengganggu. Open your mind, serta mau menerima kritikan,” ujar Jane, menasehati.

Namun, imbuh Jane, ada satu hal yang harus dihindari setiap desainer: aksi plagiat. Menurut Jane, banyak desainer-desainer pemula yang ogah repot. Lalu, mereka mengambil desain orang lain dan mengklaim sebagai desain miliknya.

“Boleh saja melakukan riset terhadap karya orang lain, tapi jangan menduplikat! Nah, untuk menghindari praktek plagiat, kami menggunakan sketch book di BINUS. Dari sketsa itulah, kami mengetahui proses dari awal sampai akhir saat mahasiswa membuat karya mereka,” kata Jane.

Hal senada dilontarkan Alif, salah seorang desainer di sebuah instansi pendidikan. Untuk menghindari aksi plagiat semacam ini, kata Alif, seorang desainer dituntut untuk berpikir out of the box atau di luar hal yang dipikirkan orang lain.

Lontarkanlah ide dengan imajinasi terliar. Itulah cara berpikir out of the box. Namun, untuk mengeksekusi ide kreatif tersebut, dibutuhkan pemikiran inside the box, yakni sesuaikan dengan lingkungan dan perusahaan,” pungkas Alif.

Perkembangan Dunia Desain di Indonesia

Sejauh ini, menurut Jane, perkembangan dunia desain grafis di Indonesia sudah kian maju. Ini terlihat banyak dibutuhkannya tenaga desainer, bahkan ada pula yang berwiraswasta. Mereka mendesain suatu produk agar bisa bersaing dan mendapatkan tempat di hati khalayak. Semakin kreatif desainnya, semakin menuai perhatian pula produk tersebut.

Kondisi saat ini sudah mendukung desainer untuk terus berkarya. “Tren dunia acapkali mengacu kepada desain-desain di negara maju. Namun, saat ini, banyak juga desainer-desainer Indonesia yang sudah bisa mempengaruhi tren dunia. Batik, misalnya, menjadi salah satu pakaian resmi dan menarik perhatian masyarakat internasional,” ungkap Jane.

Sebagai bangsa Indonesia, seorang desainer harus bisa mengangkat kebudayaan daerah di Tanah Air. Pasalnya, menurut Jane, masih banyak motif dalam kebudayaan Indonesia yang belum tergali. Itulah, imbuh Jane, yang harus menjadi motivasi para desainer untuk terus memperkenalkan kebudayaan Indonesia di depan masyarakat internasional.(RA)

Friday, September 2, 2011

sebuah tanya, bisakah?

kau tahu warna cakrawala malam ini?
gelap, tanpa bintang, muram membias
kala aku tertunduk rapuh
tak kuasa kupandangi malam

seketika, bintang membawa pesan
sebuah pesan kerinduan nan membisu
tertuju, untuk dia nun di sana
kala, tangan tak kuasa menggenggam

mengapa tak kau lelap mata itu?
lelap hanyalah memacu bayang semu
saat dia tersirat, nyata memudar
kerinduan kian membelenggu diri

mengapa tak kau sibukkan diri?
kesibukan hanya membuat ragaku letih
namun hatiku tetap berdetak
menatap bayangan yang kian retak

ini adalah selasar yang ketempuh
kutantang diri meski gundah merayu

(ras/02092011)

Thursday, August 25, 2011

jelang mentari terbenam

terang bulan, terang di taman
syahdu menyatu, berembus bayu
warna muram, terasa hati suram
ketika waktu, menepis rasa ragu

(ras/25082011)

Wednesday, August 24, 2011

untitled

aku melihatnya. ya, sebuah senyum yang menghiasi wajah muram. segaris bibir yang sudah lama tak melentik, sesosok wajah yang terbiasa larut dalam duka. kini, aku menatapnya tersenyum. keindahan yang hanya hadir saat senja menjelang, dan tawa riang anak kecil yang bermain. bak malaikat kecil, mereka terbang larung cakrawala yang mengisi bahtera para dewa di indraloka.

ketika dia tersenyum, aku merasa kebahagiaan yang sangat. kendati, ada sekat di antaranya. sebuah media yang hanya menampakkan gambar, dan aku tak kuasa melihat wajahnya tergerak. tapi, dunia itu adil. kebahagiaan dan senyum yang teruntai menjadi suatu momen sakral bagi mereka yang bersedih. hanya itu yang manusia cari dalam hidup. pun aku, pun dirinya.

entah kenapa, ada suatu rasa lega di batin ini. ketika melihat dia, meski hanya sebuah imaji, merasakan akhir dari perjuangan dan awal dari perjuangan lainnya. satu pintu yang tampak, saat dirinya berhasil menemukan kunci di hatinya. hanya itu, Tuhan. hingga kini, dia akan mengecap dunia yang lain, penuh dengan tantangan.

terima kasih kepada Tuhan yang menciptakan imaji, sekat yang memunculkan gambar dirinya. meski temu menjadi hal yang mustahil, setidaknya dunia tidak berpaling dari cucu adam dan hawa. mereka tetap mendapatkan tempat di hati sang pencipta dunia dan nirwana. ya, meski hanya sebuah foto, senyuman itu sangat berarti.

mungkin tulisan ini dan lainnya hanyalah sekadar tulisan, sebuah prosa yang mencari arti ketika pembaca setianya mulai menghilang. kendati begitu, ini tetaplah menjadi suatu tulisan, suatu momen yang abadi, terus terpatri dalam hati. kala, sang pembaca lamat-lamat terbang menerawang, singgah di negeri para dewi.

smile, what's the use of crying?
you'll find that life is still worthwhile
if you just smile

(charlie chaplin)


(ras/25082011)

Thursday, August 18, 2011

clash of the titans

sebuah kisah kepahlawanan yang mengangkat cerita perseus, manusia setengah dewa. dia lahir dari rahim seorang manusia yang dibuahi oleh zeus, dewa dari segala dewa. bayi perseus dibuang oleh sang kakek, acrisius, karena murkanya kepada sang dewa. dibungkus peti kayu, dia dan ibunya dihanyutkan ke laut. terombang-ambing oleh derasnya ombaknya dan gelombang laut.

dewi fortuna berpihak kepada sang bayi. atas laporan hermes, dewa pengirim pesan, zeus mengetahui keberadaan sang buah hati. meminta bantuan poseidon, dewa laut, dia membawa bayi perseus ke sebuah pulau. ya, pulau dengah keindahan memukau. di sana pula, perseus mendapatkan keahlian bertarung dan keterampilan sebagai seorang prajurit yunani.

singkat cerita, perseus pun tidak begitu saja melenggang bebas dalam kisah ini. seorang musuh mengintai dari kejauhan. dia adalah calybos, anak haram dari thetis, seorang nimfa laut dan zeus. oleh sang dewa petir, calybos pun dikutuk menjadi buruk rupa. Perangainya yang buruk membuat zeus geram serta murka.

andromeda

dalam kisah ini, andromeda hadir di antara keduanya. andromeda adalah putri dari kerajaan argos yang memiliki wajah cantik bagai seorang dewi. lahir dari pasangan raja cepheus dan casiopea, andromeda menjadi salah satu wanita tercantik. para dewi di olympus pun menaruh iri, sedangkan para dewa malah menaruh hati.

andromeda sangat dipuja oleh calybos. namun, tidak dengan andromeda. dia menaruh hati dan cintanya kepada perseus. pun demikian dengan perseus. tapi, kisah cinta itu menuai amarah dari thetis. dia pun membujuk poseidon dan zeus untuk menghukum andromeda, wanita yang membuat sang anak terlena. terhasutlah kedua dewa itu oleh thetis.

wanita itu akan dikorbankan kepada kraken, titans atau raksasa penghuni lautan yang juga anak dari poseidon. di sinilah, perseus hadir menolong sang putri jelita. untuk melawan kraken, dibutuhkan lawan yang sepadan, seekor titans juga. menurut tiga peramal bernama fates, adalah medusa yang sanggup melawan kraken.

medusa

tak segampang itu membunuh medusa dan mengambil kepalanya. perseus harus pergi ke sarang medusa di pulau terpencil. ditemani sejumlah prajurit terpilih, perseus menunaikan tugas yang diembannya. memasuki sarang medusa, mereka menghadapi suasana yang sangat mencekam. bau bangkai manusia, dan nafas penuh amarah memenuhi selasar sarang medusa.

dahulu kala, gorgon medusa adalah seorang perempuan cantik, sangat cantik. para dewa memujanya. hingga kemudian, poseidon diburu nafsu sesat. dia memperkosa medusa di dalam kuil suci athena. membela poseidon, athena malah menghukum medusa. wanita malang itu diubah menjadi sosok buruk dengan rambut ulang. siapapun yang memandangnya akan menjadi batu.

di sarang tersebut, manusia yang telah menjadi batu bertebaran. kondisi ini membuat nyali para prajurit ciut. dengan terus menghunus senjata, mereka terus waspada. malang, satu persatu dari mereka tumbang. hanya perseus yang tersisa. mengandalkan senjata dan perisai dari zeus, perseus berupaya melawan medusa. dia waspada dengan kelihaian medusa.

ketika melawan medusa, perseus enggan melihat matanya. ketika itu, athena, dewi keadilan, membisikkan petunjuk kepada perseus. kepada perseus, athena memintanya untuk melihat pantulan wajah medusa dari perisai pemberian dewa itu. benar saja, dengan melihat pantulan itu, perseus langsung menebas kepala medusa. medusa pun tumbang tak bernyawa.

kraken

air laut bergejolak. ombak beriak. langit berubah kelam. petir menyambar. monster bernama kraken telah dilepaskan dari belenggu oleh poseidon. tak hanya dunia manusia, dunia para dewa pun dilanda gemuruh dan gempa hebat. ini adalah tanda kedatangan seorang titans. kraken memunculkan dirinya dari laut. besar dan menakutkan dengan tangan bagai gurita.

andromeda, sang putri argos, telah berada dalam pasungan. dia dirantai di sebuah tebing menjulang di tepi lautan, menanti ajal yang hendak dibawa oleh kraken. belenggu yang sangat hebat, namun andromeda hadir dengan ketenangan nan erat. dia terus menunggu perseus yang menjanjikan pertolongan kepadanya. dia pasrah, meski perseus berjanji hendak datang.

kepak sayap pegasus, sang kuda terbang, terdengar dari kejauhan. perseus tiba dengan berjuta harapan. bersenjatakan pedang dan kepala medusa, dia menghampiri kraken. pertempuran hebat pun terjadi. sebuah pertempuran yang disaksikan manusia dan para dewa. bagaikan david melawan goliath, perseus melawan sosok yang lebih besar dari dirinya.

namun, ketika kraken lengah, perseus pun mengangkat kepala medusa. diperlihatkannya kepala itu kepada kraken. tak kuasa menghindar, kraken pun melihat kepala yang penuh dengan rambut ular itu. seketika itu pula, kraken berubah menjadi batu. dia hancur berantakan dan tenggelam ditelan lautan luas. anak dari poseidon itupun hancur tanpa sisa.

andromeda terselamatkan. sang putri pun mengikat cintanya dengan perseus. keduanya menjadi penguasa yang bijaksana bagi kerajaan argos. dan nama perseus dikenang jagad mitologi yunani, terpatri dalam setiap buku dan literatur bangsa yunani. sedangkan, calybos mati menanggung segala kesombongan dan kedengkian dirinya.

(ras/19082011)