Thursday, October 13, 2011

Ketika Sangkar Tua Kupijak

Tercium hawa kerinduan. Kala, kupijakkan kaki di tempat ini. Tempat berisi ribuan kenangan masa silam. Pahit dan getir, namun tersirat kebahagiaan nan tersembunyi dan mengendap selalu. Wanginya tetap sama, meski telah kutinggalkan.

Rona merah para punggawa di sana. Berjibaku dengan tekanan yang begitu tinggi. Terkadang, terlontar kegundahan dan keresahan. Sebuah ekspresi dari kepenatan yang terus menerus mendera batin.

Izinkan aku untuk menjejakkan kaki di sini, wahai teman. Aku hanya mampir, seraya menanti kepenatan ini sirna ditelan waktu. Ya, waktu adalah tempatku bertumpu. Bukan aku meniadakan-Nya, toh waktu adalah ciptaan Tuhan.

Duduk di tempat ku bekerja. Menghadapi layar yang senantiasa menyala, menemani para elang penghuninya. Suara irama tuts yang menuai kerinduan. Canda tawa yang dulu sempat kudengar tanpa henti, kini masih seperti kisah silam.

Tidak ada tempat senyaman ini. Rumah kedua yang sempat kudiami. Kini kutinggalkan demi cita dalam diri. Perangaiku pun tak berubah, kendati wajah mengerut dan waktu menerkam usiaku, hingga kini.

“Terpaku di depan layar, seraya mendengarkan Antonio Carlos Jobim menyenandungkan lagu cinta,”

(ras/13102011)

No comments: