Sunday, September 18, 2011

untukmu, sang waktu

waktu merenggut semua yang kudapat. perlahan tapi pasti, bayangan semesta pun memudar. hilang, aku bagaikan embun yang lepas dari dedaunan. ketika angin menyibak rasa, aku pun terhempas ke dalam belanga rasa. tak kuasa kubergerak. lihai yang tersendat, kini aku tinggallah separuh jiwa.

marak, setiap rasa menerjang hati. bercumbu dengan angin, aku hanya berkata "wahai bayu, berembuslah. usah kau risaukan lara yang memuncak. udara kendara dalam bayangmu. hutan suci menanti rengkuhanmu. waktu terus bergulir, meski kau menyibak kelu. embuskanlah bayu. biarlah dunia berangin lalu".

serupa dalam merajut cita, aku menempuh waktu yang terus melaju. ku kejar bagai bayangan hitam lari dari buaian fajar. aku merindukan fajar, seperti aku menaruh asa kepada senja. letih sirna, ketika senja berucap jingga. wangi bunga, dan pohon yang bergoyang, mengucapkan kata salam kepada setiap insan.

dimanakah bunga yang bermekaran? aku hanya melihat padang tandus, dengan beberapa utas ilalang. pasir yang terbawa angin, melilipkan mata dunia. dari kejauhan, kumandang fatamorgana, air yang berkubang namun hanyalah semu. aku tidak melihat kehidupan, dunia kini membelakangiku.

o, pencipta langit biru dan anjangsana rindu, selamatkanlah diriku dari belenggu rasa. biarlah sang waktu bicara. aku perlu jawaban. segera bukanlah nanti.

(ras/19092011)

No comments: