Wednesday, February 11, 2009

Di Tepi Sungai Ini

Teratai bergoyang tertiup angin. Sepoi-sepoi bak penyanyi melantunkan lagu sendu. Ada kesedihan di sana. Aku duduk di bibir sungai. Sesekali, kulontarkan kerikil-kerikil mungil. Dan pecahlah kedamaian di air.

Saat itu tak kunjung tiba. Perawan yang kunantikan dari sejam lalu.
"Kemana engkau gerangan wahai putri perona jiwa?" ujar sang penanti. Menunggu sekian lama. Namun kau tak juga muncul.

Kasih, tak kah kau sadari. Aku masih disini, meski panas menarik peluhku. Awan pun lamat-lamat tersibak. Dan matahari dengan galaknya tersenyum. Menyeringai tajam menusuk raga.

Tiba-tiba teringat masa itu. Kala dia senantiasa menggamit mesra cintaku. Duka tak pernah menyentuhku. Durjana pergi menghilang saat aku memoles halus wajahnya. Indahnya saat itu.

Kini sirna sudah kemesraan itu. Dan berganti dengan hujan kecemburuan, ketidaksetiaan, keserakahan dan nafsu angkara. Inikah jalanku? Menanggung apa yang tiada kuharapkan.

Terkadang aku menghujat Tuhan. Ini seharusnya bukan takdirku. Tak kuasa menahan derita ini. Tapi aku tetap bergeming, kelu dan terdiam. Hingga kiwari, aku di sini menunggu. Di tepi sungai ini.

(RAS/110209)

No comments: