Friday, February 20, 2009

Melodi Cinta

Aku mengantuk dan lelah. Mata seolah dibebani pemberat. Maklum malam tadi, aku bekerja. Aku mendapat giliran shift malam. Namun toh aku harus tetap pulang. Mustahil aku bertahan di kantor di sela kesibukan buruh shift pagi.

Perjalanan pulang begitu panjang. Aku turun di Cawang dari mobil operasional. Jalan begitu terjal. Matahari seakan meredup di mataku. Tidak gilang gemilang dan secemerlang biasanya. Hanya cahayanya nan menghunus tubuh dan menari di kulit.

Ada bus Mayasari 57 jurusan Blok M-Pulogadung. Langsung saja aku naik. Dengan mata rada nyalang, aku mencari tempat duduk. Aku duduk bagian tengah sebelah kanan. Kubersandar di kursi paling pojok. Beradu bahu dengan para pekerja.

Pagi itu memang terlampau melelahkan. Nyaris aku terlelap di bus. Tapi ada seseorang yang menarik perhatianku. Dia bukan wanita cantik bertubuh molek laksana ratu sejagad atau pencopet yang digebuki massa. Dia hanya seorang pengamen berusia senja

Dengan jalan terbata-bata dan postur agak bongkok, dia menyusuri setiap bangku di bus. Dari belakang ke depan. Hingga akhirnya sang pengamen tua menancapkan kaki di belakang kursi sopir. Siap-siap untuk tampil dan menghibur penumpang.

Tampilannya bersahaja. Rambutnya ikal memutih berselimuti uban yang tertutup peci hitam. Matanya lesu memancarkan sinar prihatin. Dia membawa kotak pemutar kaset bertenaga aki bertuliskan Melodi cinta yang diselempangkan di bahunya.

Melalui mikrofonnya, dia menyapa penumpang. "Selamat pagi para penumpang. Izinkan saya menghibur Anda," tukas sang pengamen. Dia bersiap dengan berpegangan ke tiang bus. Maklum bus melaju kencang dan sang pengamen tentunya tak mau terpelanting.

Tanpa basa-basi, dia langsung membuka dengan lagu pertama. Sebuah lagu dangdut yang entah judulnya apa. Dengan semangat anak muda, sang kakek bergoyang. Meski goyangannya hanya di tempat seperti boneka yang tertancap, aksinya terbilang menakjubkan.

Sambil merem-melek berupaya menikmati lagu, kepala sang pengamen mengangguk-ngangguk. Dari gaya tersebut, vibrato tercipta. Dan vibranya mirip dengan penyanyi dangdut kawakan. Tak jarang pula sang pengamen melempar senyum kepada penumpang.

Ingin tertawa. Namun hanya senyum yang tersungging di bibirku. Dibalik untaian kebahagiaan semu si kakek, tersirat aroma kesusahan dan kemiskinan. Inilah kegigihan seorang kakek mencari sesuap nasi. Mungkin pula hasilnya untuk sekolah anak cucunya.

Lagu kedua dilantunkan. Nah aku baru tahu tembang ini. Judulnya adalah Gubuk Derita yang dipopulerkan pedangdut gaek berwajah sendu, Meggy Z. "Di dalam gubuk bambu, suka dukaku," nyanyi pak tua seolah menjelaskan kehidupannya.

Sama seperti lagu pertama, di nomor kedua ini sang pengamen masih tetap bergoyang. Bahkan goyangan lebih hebat dari lagu pertama. Meski tua, dia tetap ingin memanaskan suasana dan menghibur penumpang yang hendak melakoni rutinitas pekerjaan.

Reaksi penumpang beragam. Tak jarang yang tersenyum dan ikut bernyanyi meski dengan suara mendesis. Ada yang malu bernyanyi, namun cukup berani untuk menggoyangkan kaki. Ada pula yang tak bereaksi, tertidur seperti jasad tak bernyawa.

Dua lagu dilempar sudah. Pertunjukkan pun selesai. Kini saatnya sang pengamen memohon keikhlasan penumpang untuk memberikan sebagian uangnya. Bukan uang besar. Uang kecil saja dan ucapan terima kasih cukup memancing senyum di bibir pengamen.

Pagi itu aku sungguh menyesal. Sebab saat dia meminta uang kepadaku, kantongku tidak mendukung. Uangku tinggal selembar Rp 20 ribu. Tak mungkin aku minta kembalian darinya. Aku hanya bisa berucap kata maaf kepadanya. Dan pengamen tua pun tersenyum.

Di salah satu perempatan lampu merah, sang pengamen tua turun dari bus. Masih dengan langkah terbata-bata, dia berjalan menyisir gersangnya trotoar. Sepertinya dia kelelahan. Ini sangat berbeda dengan si kakek yang tampil bak penyanyi dangdut kawakan tadi.

Dengan langkah gontai, dia berjalan. Hingga akhirnya dia duduk di pinggir trotoar. Kecapekan dan letih. Namun kotak bertuliskan Melodi Cinta itu masih terselempang di bahunya. Dan selalu menemaninya mencari nafkah untuk keluarga di rumah.

(RAS/200209)

1 comment:

namaku ina said...

jangan kalah semangat dengan pedendang 'melodi cinta' ya Pak!

dah lama juga ga bertemu dengan para pedendang lainnya (sekedar saran, coba main2 ke patas AC 84 Depok-Pulgad..dan nikmatilah~)


salam kenal ya Pak! :D