Thursday, February 12, 2009

Tangis Tabib Belia

Dukun cilik itu menangis
Air mata perenung nasib
Melihat bocah lain bermain
Riang gembira tanpa beban

Pun dia bersimbah tangis
Bangku sekolah menanti
Tapi dia tak kuasa
Hasrat pendidikan sirna sudah

Oh Ponari
Cahaya terang kan menyinari
Membawa beribu harapan
Dan kelak kan menjadi kenyataan

Bocah dengan batu magis penyembuh penyakit. Kekuatannya mengundang ribuan warga ke kediamannya. Penasaran sangat akan sosoknya. Usai melihat tayangan di Metro TV, saya pun terdiam. Haru.

Kasihan sekali dia. Di usianya yang belia, 10 tahun, dia harus menjadi pusat perhatian ribuan orang. Betapa tidak, nyaris saban hari, rumahnya dikerubuti warga. Persis seperti ribuan lalat yang menyerbu seonggok bangkai anjing.

Apalagi saat melihat raut wajahnya. Dia hanya bocah yang seharusnya bermain bersama teman-temannya. Dan dia sejatinya mengenyam bangku pendidikan. Tapi apa lacur. Keluar rumah saja susah. Maklum warga mengepung rumahnya saban hari.

Mungkin, dalam benak saya, Ponari pun tak tahu menahu soal kekuatan yang dianugerahkan. Jika saja bisa menjerit kepada alam, dia sepertinya ingin sekali magis tersebut hilang dari dirinya. Andai saja...

(RAS/120209)

No comments: