Tuesday, March 13, 2012

Impian I: Prolog

"Manusia boleh berencana, tapi Tuhanlah yang menentukan." Jargon ini tampaknya cocok disematkan bagi mereka yang punya mimpi, namun belum pernah tercapai. Tepatnya, mimpi itu terkadang meleset dari perkiraan mereka. Salah satunya adalah aku. Sejak kecil, aku adalah seorang pemimpi dan pemuja imajinasi. They usually calls me The Imaginary Boy.

Pernahkah kalian merasakan ironi? Ya, sebuah ironi yang memburu kemanapun manusia pergi. Sejak kecil hingga berusia senja. Aku memang belum berusia senja. Tapi, ironi itu pernah mengejar Aku. Teringat, film fiksi-ilmiah Predator yang senantiasa mencecar mangsanya, dan mengoleksi tulang belulang mereka sebagai suatu kebanggaan.

Tapi, terlalu berlebihan memang, bila hidup disamakan dengan adegan di film Predator itu. Sebab, hidup itu diciptakan Tuhan dengan beragam keindahan. Bahkan, manusiapun terkadang tak menyadari letak keindahan itu. Mereka hanya bisa mengeluh, dan mengeluh, dan kembali mengeluh selalu. "Goin' Where The Wind Blows," kalau kata Mr. Big.

Mimpi. Apakah berdosa bila manusia bermimpi? Setiap insan dianugerahi waktu tidur agar mereka bisa merasakan rasanya bermimpi. Bila tidak ada mimpi, apa bedanya manusia dengan robot dan mahluk rekayasa lainnya? Manusia bukanlah buatan pabrik yang harus ditanami chip agar bisa merasakan bunga tidur. Manusia pun tak punya tombol standby atau shut down, because we’re human.

Kendati begitu, mimpi terkadang meleset dari perkiraan, atau terawangan dukun. Jika punya impian menjadi seorang kapiten yang mempunyai pedang panjang, tak menutup kemungkinan pada kenyataannya manusia itu malah menjadi sersan dengan pistol yang ukurannya tak lebih panjang dari sebilah pisau. Semua kemungkinan selalu ada.

Atau mungkin, ada manusia yang membenci kecoa. Tak menutup kemungkinan pula, pada kenyataannya dia malah menjadi pembasmi kecoa. Bayangkan, si pembenci mahluk penghuni got itu harus berhadapan dengan kecoa saban hari. Menyemprot selokan, dan membasmi kecoa seperti Conan The Barbarian menumpas musuhnya dengan membabi buta.

John Lennon merupakan salah seorang pemimpi. Kok bisa? Tentu saja bisa. Jika ditelaah dari lirik lagunya, Imagine, ada satu bait yang berbunyi "You may say i'm a dreamer, but i'm not the only one." Ya, mantan personel grup legendaris The Beatles ini adalah seorang pemimpi yang sukses, meski nyawanya harus meregang dihujam dengan timah panas.

Jika tidak karena mimpi dan imajinasinya, Lennon tidak akan bisa menciptakan lagu-lagu yang menjadi tonggak bagi suatu zaman. Baik itu ketika dirinya masih bersama The Beatles, maupun saat bernyanyi solo. Imagine merupakan lagu yang menggambarkan impiannya tentang sebuah dunia utopia , dimana para manusia bisa hidup dengan damai. Naif memang, tapi itulah mimpi Lennon dan seluruh dunia.

Mimpilah yang membuat Neil Amstrong bisa berangkat ke bulan. Dengan segala kerendahan hati, dia dan Buzz Aldrin melapor ke Houston bahwa ekspedisi bulan berhasil. Amstrong dan Aldrin telah menjadi orang pertama yang menjejakkan kaki ke bulan, setelah selama ini astronot lainnya hanya keliling bulan. Dan, Amstrong adalah salah satunya yang sempat “mampir.”

Mimpi terkadang datang dengan wajah yang memburuk. Hardiklah dia, hanya semu yang kau dapatkan kala bersua. Dia takkan sirna, meski kau kibaskan tanganmu, seperti kau mengusir lalat yang menyerang selalu. Hadapilah mimpi buruk itu, wahai kawan sejawat dan seperjuangan. Mimpi buruk hanyalah kerikil yang akan menghambatmu. Lemparlah kerikil itu ke langit. Jika tidak, terjanglah sedikit.

Tengoklah Batman, sang ksatria kegelapan. Dia mengubah mimpi buruknya menjadi senjata mematikan untuk melawan para penguasa dan penjahat lalim. Adalah Bruce Wayne orang yang berada di balik jubah kelelawar itu. Ketika malam menjelang, dia tidak tidur. Aksinya malah menjadi mimpi buruk bagi para lawan-lawannya. Semuanya berawal dari mimpi buruk yang terus dihadapi oleh Wayne.

Terkadang, mimpi itu tidak sejalan dengan takdir. Kendati begitu, hidup harus senantiasa bergulir. Jangan terpaku dengan satu mimpi. Jika mimpi itu terhenti, Sang Takdir akan meracau. Musnah sudah semua kehidupan manusia. Roda zaman akan terus berputar, menggilas siapapun yang tiada memiliki cita. Bermimpilah wahai manusia. Karena, mimpi bagaikan titik putih di antara warna hitam.

(RAS/14032012)

No comments: