Monday, January 30, 2012

air mata

manusia diberikan anugerah untuk selalu bertanya. tentang apa saja, terlebih hal-hal yang di ambang batas imajinasi atau logika serta yang berada jauh di balik keduanya. terkadang, manusia pun acapkali melontarkan pertanyaan tentang hal fundamental yang mungkin setiap orang mengetahuinya.

kali ini, aku berada dalam titik fokus tentang air mata. ya, tetesan atau cucuran air yang kerap kali mengintip dari balik mata. ketika mata membasah, berkaca-kaca kala insan dilanda haru, duka maupun bahagia. jika tak terbendung, air itu kan tumpah dan mengalir di wajah, lalu jatuh entah kemana.

namun, sudah berapa kali saya katakan kepada mereka. air mata bukanlah merupakan lambang kecengengan, dan kelemahan. tapi, air mata tak lebih dari sebuah ekspresi. ya, ekspresi yang menunjukkan kesedihan maupun kebahagiaan. namun, tak bisa dikatakan cengeng dan tidak menunjukkan ketegaran suatu kaum.

mari kita lihat contohnya. di pertengahan dekade 80-an, duet seniman komik, kazuo koike dan ryoichi ikegami, menciptakan sebuah manga berjudul crying freeman, atau kuraingu furiiman dalam bahasa jepangnya. hatta, manga ini menceritakan pembunuh yang selalu mengeluarkan air mata usai menghabisi nyawa targetnya.

namanya Yo Hinomura. dia adalah seorang pembuat tembikar. hinomura dihipnotis dan dilatih untuk menjadi seorang pembunuh oleh kelompok mafia cina, the 108 Dragons. tubuhnya dihiasi oleh tato naga. kelompok itu memberinya nama "crying freeman. sebab, dia selalu menangis usai membunuh dan merindukan kebebasannya.

ironis memang, sesosok pembunuh yang tak segan membuat orang meregang nyawa, tiba-tiba mengucurkan air mata. meski ini merupakan sebuah fantasi, manga ini mencoba untuk menyentil masyarakat. bahwa, tangisan tidak hanya keluar dari mata seorang perempuan. pria, bahkan pembunuh sekalipun, meneteskan air mata.

lalu, apakah ini bisa dikatakan sebagai lambang kelemahan, kecengengan dan ketidaktegaran? tuhan menciptakan air mata agar indera penglihatan ini selalu lembab dan dihiasi oleh kaca-kaca alami. terbersit, mencerminkan keindahan jika melihat pantulan air dari mata seseorang, sebuah haru dan tanya.

apakah tuhan ingin insannya terlihat cengeng dengan mengeluarkan air mata? saya pikir tidak. tuhan hanya ingin insannya menyadari bahwa mereka hanyalah manusia. sesosok mahluk yang diliputi emosi mendalam, rasa dan imajinasi, bukan hanya sekadar logika yang selalu mencari sebab akibat dari suatu dimensi.

tiba-tiba terngiang, film v for vendetta, sebuah kisah revolusi, cinta dan heroisme. ketika tokoh sentral dalam film itu, v, tak kuasa ingin mencium evey, seorang wanita yang dipujanya. namun, apa daya, wajahnya diselimuti oleh topeng. ya, sebuah topeng yang membungkus kekelaman dan kenistaan masa silam yang dialami v.

tak segan, v menangis di depan revolusi yang akan diciptakan. saat itu, tak kurang dua hingga tiga hari menjelang aksi pemboman yang akan dilakukannya terhadap parlemen inggris. cinta meluluhkan dirinya di saat-saat terakhir. dan, air mata menjadi saksi atas keinginan v untuk mencintai, namun terhalang kondisi.

memang, terkadang manusia malu untuk mengakui dirinya menangis. saya iba melihat air mata. dia hanya bisa menetes di saat tidak ada orang di sekelilingnya, tidak bisa menunjukkan eksistensi dirinya di depan publik. di tengah keramaian, air mata pun disimpan rapat-rapat dan disembunyikan erat.

ketika saya bertanya "apa kamu menangis?". lalu, dia menjawab "tidak, aku tidaklah cengeng." ya, sebuah stigma yang tercipta di mata masyarakat. kebanggaan suatu kaum terletak di ambang pupil dan kornea. air mata hanya bisa keluar mengendap-endap, menanti sepinya suasana. ketika itu, dia bisa mengucur deras.

kisah air mata menjadi suatu keagungan di saat menghadiri pernikahan dan pemakaman. di sanalah, air mata bisa bebas berekspresi, keluar dari balik persembunyian, dan menunjukkan eksistensi diri. "aku adalah air mata, kubasahi indera penglihatanmu. menangislah, karena itu hanya sebuah ekspresi."

(ras/31012012)

No comments: