Friday, January 20, 2012

lembayung

aku melihat sebuah lembayung. tampak, sesat menaungi langit biru. sejuta penyesalan menyeruak. hati bagai riak air yang dipecah oleh hujaman batu. sakit memang, namun dunia merupakan elemen tanpa sesal. takdir terus melaju, kendati wajahnya tak kuasa disirnakan rasa. geliat cinta, dikotori keraguan.

sore ini, riak itu terus membesar. buah gelombang menyebar di sela-sela air. sebuah kubangan yang tak kuasa menahan, hingga air bercucuran di sisinya. air pun jatuh menimpa tanah, basah dan lembab. namun, rumput coba halangi, kendati hasilnya nihil. anak baruna tetap jatuh membasahi tanah yang ruam dan coklat tua.

seiring berjalan waktu, sakit terus menaungi. sesak yang tak kuasa kutahan. tapi, keharusan menciptakan kata "maklum". ya, semua di dunia ini harus dimaklumi. Derita, nestapa, duka, dan segala sesuatu yang memiliki unsur abu-abu. ketika kucoba berhenti, dia tetap melaju.

aku melihat sepasang merpati. mereka terbang melintasi cakrawala. ya, cakrawala jingga, ketika sinar mentari menelusup di sela mega. mendung nun di sana, namun merpati tetap terbang jauh. keduanya sejenak singgah di pohon tak berpenghuni, tak berakar dan tak berdaun. bukan berteduh, hanya rehat sepintas.

kapankah bumi terbuka? aku ingin menimbun diri di sana. jauh dari kerumunan manusia. mereka yang mengenaliku dan memusuhiku. mereka yang kusebut "teman". ingin kubelakangi dunia, melihat akhirat dari sisi yang berbeda. sisi hitam dan nestapa. dimana surga? dia tersembunyi di dunia bernama utopia, impian manusia kelana.

jejak ini takkan pernah menjadi langkah. sebab, kata henti ada di dirinya. aku terus melaju dan melaju, kuterobos aral melintang, meski kesulitan membentur jerat yang bermandikan tumbuhan berduri dan akar yang menancap ke samudera. jauh di jurang tak berdasar di bumi para manusia.

(ras/20012012)

No comments: