Saturday, January 28, 2012

nyanyian orpheus

berulang kali kucoba untuk ceritakan, namun tangan ini seolah terkunci. tinta pun tak tergores. satu kata tersendat hingga ribuan jam, satu enggan tercipta sampai puluhan bulan. ketika jiwa ini tersendat oleh stagnasi, ruas jari pun seolah menutupi ide yang menahan untuk diteriakkan.

aku teringat dengan kisah seorang penyair terkenal yunani, penyanyi yang kerap melantunkan puja pujian untuk para dewa. kerap, kumelihat dirinya termenung seraya memeluk harpa tua. dentingnya pun sumbang, namun bisa menciptakan nada indah jika dimainkan dengan hati yang dibaluk bahagia, rindu dan nestapa.

dia adalah orpheus. terombang ambing dalam nada indah, awan pun terhenti untuk menikmati keelokkannya. bahkan, angin tak kuasa bertiup ketika denting harpa orpheus berbunyi. sebuah lagu yang bisa membuai para dewa, membuat mereka menangis dan tertawa, merangsek ke jiwa yang abadi dan tak pernah mati.

apa yang terjadi jika seorang penyair jatuh cinta? aku mengutip serangkaian kalimat dari William Shakespeare yang terangkum dalam drama macbeth (act I, scene VII). "i dare do all that may become a man, who dares more is none," dia bisa melakukan apa saja untuk cinta, bahkan bisa terbawa derasnya arus lautan asmara.

paras cantik membuat orpheus terbaring dalam dunia fana. dia kini tak bisa membedakan hidup dan mati. bahkan, kini dia melihat neraka dengan balutan warna surga. bisa kau bayangkan? beribu malaikat melayang memenuhi lembayung merah. lalu dimanakah surga berada? dia berada di hati seorang pencinta.

dunia memang edan. buaian ini membuat orpheus terjerat benang yang tak terlihat. hanya nanar mata memandang, hanya gundah terasa di dunia orpheus. dialah eurydice, sang pembawa nikmat dunia bagi sang penyair. cantik memang, namun orpheus melihat kesederhanaan yang terpancar dalam cahaya hati.

"dia adalah intan yang tak kuasa kudulang. namun, jika didulang, intan itu akan menunjukkan sinarnya. ketika kau bersihkan, cahayanya lamat-lamat memancar menembus lapisan yang membelenggu. dialah pencuri hatiku, dialah pelipur laraku, dialah buluh perinduku," kata orpheus seraya menggugat langit dan

sepasang merpati terbang melintasi birunya langit. awan disusuri dengan sayap-sayapnya yang indah. bergandengan mereka membelah cakrawala. dalam balutan bulu putih, merpati bercumbu hingga mentari pun tak digubris. berulang kali, dia pancarkan sinar. namun yang ada hanya tawa, tanpa keluhan. kurasa, mereka gelap mata.

itulah persepsi yang kulihat ketika orpheus dan eurydice memenuhi bumi dengan cinta. kini, nyanyian orpheus dipenuhi suara hati yang tengah dibaluti aura dari venus, dewi pemilik cinta dan kasih. syair yang dilantunkannya pun penuh dengan suka cita dan warna-warni dunia. o, orpheus, o, eurydice.

kendati demikian, sang takdir bergeming. dia tak kuasa untuk diam. ajal bersayap putih merenggut eurydice dari dunia nyata. seekor ular raksasa membuatnya meregang nyawa, hingga ajal memeluknya. buana mengusirnya dari dunia. saat ini, eurydice pun tersesat dalam istana kegelapan, kerajaan sang hades, dewa kematian.

tak pelak, insiden ini menimbulkan duka yang mendalam bagi orpheus. dia merenung dalam keramaian, menangis dalam kebahagian. dia bagaikan rajawali yang patah sayapnya. dia menjadi duri yang takkan pernah tajam menusuk raga manusia. dia berbaur dalam kerumunan manusia yang sarat kesedihan dan nestapa. dia berduka, kontan.

para dewa merindukan nyanyiannya, dan syair-syair orpheus yang penuh dengan keindahan dan warna-warni dunia. kini awan pun selalu mendung, mencoba menumpahkan tangis yang tertahan oleh pekatnya mega. para angin pun tak kuasa menahan rindu, mereka berembus tak kenal arah, hingga muncullah badai di dunia.

rasa di hati ini kian bergebu, kepedihan pun semakin menusuk kalbu. orpheus bangkit dari renungan malamnya. dia menghempaskan diri di tangan nasib. mencoba untuk bertaruh kepada sang dewa kematian. ini adalah awal dari kelananya di dunia kegelapan. perjuangannya membawa sang kekasih kembali ke dunia nyata.

bergegas, orpheus turun ke dunia kematian. dunia yang penuh dengan tangis siksa dan sayap hitam sang ajal. suara kesedihan membahana di selasar dinding tragis orang-orang mati. jalan itu menuju entah kemana, sebab gelap di sisi kanan dan kirinya. guratan wajah mayat tak bertuan menghiasi sepanjang lorong itu.

"alangkah kejamnya dunia fana, membuat raga manusia menjadi serpihan tanpa nama. wujudnya absurd, tak juga dikenali oleh sang pencipta. rona kejamnya neraka, dimanakah surga? apakah semuanya berubah menjadi penghuni neraka. hanya engkau yang tahu jawabnya wahai hades, wahai wajah kematian manusia,"

orpheus pun berada di bantaran sungai styx. di sungai ini, roh-roh tersimpan. mereka memiliki rupa seperti arwah penasaran dengan tangan yang terus menggapai siapapun yang melewati sungai ini. jika terjerat, mereka akan bergabung dalam ruang lingkup kematian, di bawah perintah sang dewa jahanam.

namun, bagi orpheus, arwah-arwah itu merupakan jalinan kehidupan yang dulu pernah hadir di dunia. orpheus pun menyanyikan syair-syair tentang kepedihan, kesedihan dan nestapa, seperti suasana hatinya. syair lagunya membuai arwah manusia dan pendayung sungai styx. mereka pun larut dalam alam yang diciptakan orpheus pada lagunya.

tak hanya pendayung dan arwah penasaran, lagu dan syair orpheus pun melunakan amarah cerberus, anjing kepala tiga yang menjaga gerbang hades. geraman cerberus terhenti ketika orpheus menembangkan kerinduannya terhadap eurydice. bahkan, anjing tersebut tak segan meneteskan air mata, lambang kepedihan yang dirasakan orpheus.

sampailah orpheus di hadapan sang dewa kematian. dengan sombong, hades menatap orpheus. dia berkata "wahai manusia, wahai penyair, wahai musisi para dewa dewi, kini kau telah sampai di hadapannku. apa yang kau mau? tidak banyak orang yang singgah di dunia ku. hanya mereka yang masih memiliki kerinduan dan cinta. mungkinkah itu engkau?".

orpheus pun terpaku dalam sejuta kerinduan. yang ada dalam bayangannya hanyalah eurydice, eurydice dan eurydice. "aku mencintai eurydice, wahai penguasa neraka. berikanlah aku kesempatan untuk menemui dia. mengambil nyawa yang direnggut sang ajal, untuk kubawa ke alam para manusia," urai orpheus.

"baiklah, jiwanya bukan menjadi milik punggawa kegelapan. wahai orpheus, berjalanlah menuju alam nyata. hiruplah hawa cinta yang dulu sirna. aku biarkan eurydice mengikuti langkahmu menuju ke rona kehidupan. namun, jangan kau menoleh ke belakang sebelum sampai ke sana. sebab, kekasihmu akan menguap bagaikan buih di lautan," sahut hades.

rona merah lambang kebahagiaan menyelimuti wajah orpheus. dia berjalan menuju lautan kehidupan, dunia nyata yang menjanjikan kematian. langkah gontai, namun tegas menemani dirinya. di belakang, arwah eurydice mengikuti orpheus. wajahnya tak berekspresi, tatapan kosong orang-orang mati yang akan kembali menemui kehidupan.

sepanjang jalan menuju dunia hidup, orpheus mendendangkan syair tentang cinta dan kebahagiaan. kegelapan di dunia hades pun sekejap menjadi benderang oleh kata dan nada yang terlontar dari mulut orpheus. perjalanan panjang ditempuh dengan suka cita. orpheus, o, orpheus, kini kebahagiaan akan menghiasi syair-syairmu kembali.

namun, orpheus tidak bisa membendung kerinduan. dadanya sesak oleh wajah eurydice. dirinya tak kuasa menerima perjalanan panjang ini. dia pun mengutuk sang waktu, dan jalan yang dilaluinya menuju ke dunia manusia. orpheus menggugat semesta yang menciptakan kematian dan dunia kegelapan hades.

"hati ini begitu merindukan wajah kekasihku. bibir merahnya, senyum simpulnya, putih raganya, serta hati sucinya, membentuk sepasukan prajurit hati. kini, mereka menyerang otak dan pikiranku. aku penuhi gelas keabadian ini dengan jiwa-jiwa kehidupan yang diberikan eurydice kepadaku. ya, hanya kepadaku," pungkas orpheus.

dan, orpheus pun menoleh ke belakang. benar saja, eurydice menghilang. jiwanya kembali melayang ke dalam pasungan hades. janji. kini, tak ada kesempatan bagi eurydice untuk kembali. pun demikian orpheus mustahil untuk melihat eurydice kembali, kecuali dalam lamunan dan mimpi yang diciptakan oneiroi, para dewa pemilik mimpi manusia.

kisah inipun berakhir dengan tangisan dan ratapan orpheus. kini, syair dan nyanyian orpheus hanya menjadi milik para pemuja kesedihan dan lamunan tak bertuan. hingga akhir hayatnya, orpheus hanya menyenandungkan syair kesedihan. dewa pun kehilangan salah satu penyair terbaiknya, dan suara yang membuai mereka. orpheus menangis, dan terus meratap.

(ras/28012012)

No comments: