Sunday, February 5, 2012

labirin

labirin, sebuah tempat sarat dengan ruangan, terkadang membuat insan tersesat. ketika labirin berdiri di tepi pantai. serangkaian benang yang kusut, tak mudah untuk terurai. diterpa ombak, dan disesati oleh amisnya bau lautan. aku mendengar para dewa membunyikan genta, tanda hari dimulai.

tadinya aku gentar. kendati begitu, aku beranikan diri menapaki labirin itu. apa yang aku takutkan? sesat, stagnasi, terus masuk ke dalam tanah tak berujung. di sisi lain, sebuah jurang terjal menanti kedatangan para insan sesat. aku enggan berada di antara mereka, meski kini diriku berdiri di tepinya.

pintu itu sangat besar, terbuat dari kayu mahoni. bahkan, beberapa ketukan takkan mampu membuat gema di setiap sisinya. hanya ada pantulan suara kecil, masih kesunyian menguasai seisi labirin. aku mengetuk kesekian kali, namun pintu itu tak kunjung membuka. begitu susahnya, sangat sulitnya.

usai berapa lama, pintu terbuka. panorama menampakkan sejumlah bilik ruangan menghiasi setiap selasar bangunan. setiap ruangan penuh dengan cermin. ketika aku masuk, hanya ada refleksi dari bayangan. tak lain, dan tak bukan, hanya diriku. aku melihat cermin di sudut atas, bawah, kanan dan kiri, seluruhnya.

seluruh ornamen terbuat dari kayu, lambang kesederhanaan yang ada dalam diri setiap manusia. perabotannya pun tak mewah, menunjukkan hanya sedikit nafsu duniawi yang menguasai si empunya. namun, setiap perabotan dan ornamen di sana memiliki berjuta makna. ya, makna lah yang dicari dari peristiwa silam.

kebingungan menerpa diriku, seolah berubah menjadi suatu kehampaan. setiap ruangan memiliki bentuk yang sama, persegi empat dengan cermin yang membungkus dindingnya. satu kupecahkan, namun aneh. di dalamnya ada cermin pula. seterusnya, aku lakukan, tapi hasilnya tetap sama. nihil, cermin tetap membungkus cermin.

seluruh selasar ruangan kususuri, hingga beribu-ribu hiasan di dinding menjadi pemandangan yang biasa bagiku. terkadang nyanyian, menemaniku sepanjang jalan. sebuah lagu tentang kebahagiaan dan jauh dari duka nestapa, mengalun di otakku. ada kalanya aku sedikit bersenandung, mengusir bosan.

sesat, kini aku tersesat. dia, labirin itu, membuatku tak menentu. bagaikan roda yang berputar, kini aku berada di bagian terbawah, hampir terlindas oleh kegilaan zaman. meski demikian, kata menyerah tak pernah terbersit di otakku. tetap saja, aku berjalan maju, meski sesat bergaung di kalbu.

apa yang aku hadapi? sebuah labirin penuh ruangan yang menjanjikan kesesatan? bukan, ini hanyalah sebuah labirin, tak lebih dari itu. setiap labirin menjanjikan kesesatan, tapi di penghujungnya, labirin itu menjanjikan kebahagiaan. di tengahnya, ada secercah kebahagiaan, sebuah bunga yang terindah dan mekar di akhir masa.

kini, aku masih tersesat. mencari setitik cahaya, keabadian, keagungan dan cinta.

(ras/06022012)

No comments: